Senin, 11 Januari 2010

anak anak adalah masa depan bangsa


Hati terasa diiris kalau kita melihat mupun mendengar kekerasan yang di lakukan orang tua kandung, orang tua tiri ataupun orang tua angkat sekalipun. Karena bagi saya ini sangat benar-benar tidak manusiawi sekali. Apalagi kalau melihat anak-anak kecil yang bekerja sampai larut malam ada yang sebagai pengamen, meminta-minta, menyemir sepatu, menjajakan koran sekalipun itu membuat batin saya sangat sakit.

Di mana orang tuanya??? Apa mereka tidak khawatir sedikitpun terhadap anak-anak mereka, hingga mereka diperlakukan tidak sewajarnya. Lagi-lagi kendala faktornya adalah masalah ekonomi yang menjadi pemicunya. Saya tidak habis pikir dengan semua itu, buktinya orang tua saya mampu untuk menyekolahkan saya walaupun sampai SMA. Yang penting bagi mereka ada keterampilan khusus yang didapat. Walaupun saya tahu mereka membanting tulang mencari uang untuk anak-anaknya. Kenapa orang tua anak-anak itu tidak ada pikiran ke arah yang sama seperti orang tua saya??.

Kadang saya juga kesal banget kalau ada orang tua ngomong "Ya sudah mau diapakan lagi, kalau sudah susah ya susah saja....". Padahal kalau kita ada niat yang tulus pasti sesuatu yang kita inginkan akan terwujud sambil kita melatih dengan kesabaran.

Saya sangat menyukai dunia anak-anak mulai dari bayi maupun balita karena bagi saya mereka adalah harapan masa depan orang tuanya kelak. Serta penerus generasi bangsa. Bayangkan kalau ternyata mereka harus hancur sekarang, apa mereka akan mempunyai semangat untuk meraih apa yang mereka cita-citakan.

Semalam ketika saya dan teman-teman hendak pulang kerja menumpangi kereta jurusan Jakarta-Depok, ada seorang anak kecil umurnya sekitar 10-12 tahun dengan pakaian lusuh dan kusam tiba-tiba anak kecil itu tertawa sejadi-jadinya, padahal di sekitar saya tidak ada yang bikin humor. Dia berkata kepada saya "Hati-hati mba, ntar dicopet" (kebetulan saya sedang memegang hp mau sms adik saya). Saya pernah nangkap copet, saya bilang," Eh mau nyopet lu ya. Langsung saya gebukin (pukul) saya bawa ke kantor polisi" Tapi tetap dia langsung tertawa lagi sejadi-jadinya.

Saya ga kehabisan akal. Saya tanya lagi karena besarnya rasa ingin tahu tentang anak itu,"Rumah kamu di mana?" Dia jawab "Saya ngga punya rumah, yang penting saya bisa tidur." Tetap dia dengan tertawanya lagi. Saya lanjutkan "Memang orang tua kamu, ke mana?" Dia bilang "Sudah mati!" Tetap sambil tertawa. Walah-walah ini anak ko' jawabnya ketus (lantang) banget ya, siapa yang mengajarkannya?

Sepertinya dunia luar sudah banyak sekali memberi perubahan yang cukup buruk bagi anak-anak penerus bangsa ini. Bagaimana tidak kekerasan yang terjadi sekarang-sekarang ini justru harus lebih diwaspadai. Ini adalah tugas pemerintah yang harus bekerjasama dengan Komisi Perlindungan Anak (KPA) untuk lebih memperhatikan anak-anak yang statusnya golongan orang yang tidak mampu. Saya pernah melihat seorang Komisi Perlindungan Anak sampai bela-belain pergi ke luar negeri untuk urusan perebutan anak seorang pengusaha kaya raya sampai akhirnya beliau terkenal seperti saat ini. Apakah ia juga akan membela yang tidak mampu untuk melindungi anak-anak yang sangat membutuhkan perlindungan dari mereka???

Mendesak pemerintah untuk mengerjakan PR ini dari tahun ke tahun tetapi selalu dengan hasil yang nihil. Kalau bukan kita yang membantu, siapa lagi???.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar