Kamis, 31 Maret 2011

Sejarah Islam Perlu Dipaparkan dengan Jujur

Umat Islam kini menanti hadirnya kembali peradaban Islam sebagaimana yang pernah terjadi pada masa al‐Khulafa’ al‐Rasyidah sampai masa khilafah Usmaniyah. Dengan kelebihannya dan kekurangan pada saat itu, peradaban Islam berjaya selama kurang lebih 10 abad dari rentang19 pemerintahan Islam.

Tapi semenjak imperalisme Barat menggerus kaum muslim, peradaban Islam seolah sirna dan tanpa jejak. Barat yang
sejatinya dibesarkan dan dipengaruhi oleh peradaban Islam juga menafikan semua itu. Implikasinya umat Islam
menjadi terjajah dari berbagai aspek kehidupan.

Adakah yang keliru dari umat Islam dalam merekontruksi sejarahnya? Direktur Institute for The Study Islamic Thought
and Civilization (INSIST) Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi, MA, MPhil kepada eramuslim menuturkan problem umat Islam
saat ini. Hamid adalah doktor bidang peradaban Islam dari Internasional Islamic University, Malaysia dan pengasuh
pondok modern Darussalam Gontor, Jawa Timur. Berikut petikannya:
Bicara soal peradaban Islam dan Barat saat ini sebagian orang kemudian merujuk ke peradaban Barat. Bagaimana
Anda melihat hal itu?

Kelihatannya begini. Ketika peradaban Barat menjadi unggul itu kemudian sangat menarik bagi sebagian umat Islam.
Umat Islam kemudian melihat Barat sebagai peradaban yang ideal. Dan orang Barat sendiri memasukkan konsep‐
konsep Barat ke dalam orang Islam, yang biasa kita sebut dengan imperalisme. Sehingga orang Islamde n gan
(kejayaan) masa lalunya, peradaban Islam yang telah dibangun dan terus dilanjutkan.

Kata peradaban sendiri sekarang ini telah berubah maknanya, dan diganti dengan civilization. Orang Islam sendiri
lebih senang dengan istilah civil society daripada masyarakat madani. Atau orang Islam menyamakan antara civil
society dengan masyarakat madani. Padahal keduanya itu berbeda secara konseptual. Itulah karena orang Islam tidak
menghargai atau lupa dengan membangun peradaban Islam lagi.

Kita harus merujuk khazanah Islam di masa lalu bagaimana mereka bisa membuat sebuah peradaban yang tangguh dan bisa mempengaruhi peradaban lain. Ini yang harus menjadi pelajaran orang Islam sekarang. Dan sejarah ini perlu diungkap kembali, karena sejarah itu ditutup‐tutupi oleh Barat agar umat Islam tidak ingat bahwa mereka pernah berjaya dan memberikan sumbangan peradaban Islam terhadap peradaban Barat, sehingga Barat menjadi peradaban yang tangguh seperti saat ini.


Yang paling jelas ketika mereka dalam kegelapan dan menjadi abad pencerahan karena mereka bersentuhan dengan

peradaban Islam. Ini yang perlu diungkap kembali oleh umat Islam.
Bagaimana umat Islam bisa mengingat kembali dan mengembalikan masa kejayaan itu?
Nah, ini yang perlu menjadi kajian peradaban Barat. Karena kalau orang mengkaji sejarah sains peradaban Barat,
saintis atau ilmuan Muslim tidak disebutkan di situ.
Jadi sengaja ada pengaburan oleh Barat?

Iya. Sengaja ada pengkaburan. Ibnu Sathir itu seorang astronom yang kualitasnya tidak kalah dengan Galilie Galileo
dan Copernicus. Tapi mereka ini tidak pernah diungkap dalam teks‐teks buku sekolah atau kuliah bahwa mereka ini
berhutang kepada Ibnu Sathir. Ini ditutupi seolah Barat maju dengan sendirinya. Ini artinya mereka menyembunyikan
fakta ini. Ketika mereka menyebut sains Barat tidak pernah menyebut sains Muslim. Ini berbeda dengan sejarah Islam.
Ketika kita belajar sains Islam, kita juga menyebut sains Barat.
Kenapa mereka bersikap seperti itu? Soal teologis ideologis atau karena soal apa?
Itu karena prejudice.
Maksudnya?

Begini, mereka itu tidak ingin umat Islam kembali kepada masa kejayaannya. Sebab, kalau kaum muslimin jaya lagi
maka Barat hancur. Begitu logikanya. Jadi menurut mereka umat Islam jangan sampai jaya lagi. Makanya dalam buku
When Religion Be Come Will karya Charles Chimbell itu mengatakan, agama yang menginginkan sebagai sebuah
peradaban itu jahat.
Sudah menjadi prasyarat kemajuan peradaban adalah nilai‐nilai spiritual. Tapi ini dinegasikan oleh Barat. Dan
kenyataannya mereka kini unggul. Menurut Anda bagaimana?
Begini. Unggulnya Barat dengan Islam itu berbeda. Unggulnya Islam itu ditambah dengan berkah dan rahmat. Berbeda
dengan Barat yang kering dari nilai‐nilai ruhani seperti kondisi dunia saat ini.
Sebagai judgment atau klaim tentang keorisinilan peradaban Barat, mereka menyatakan peradaban Barat berasal dari
Yunani. Atau melalui proses Helenisme. Betulkah demikian?

Mereka tidak bisa menafikan bahwa tanpa orang Islam mereka tidak mengenal budaya Yunani. Ini satu yang ditutup‐ tutupi. Fakta bahwa mereka menerjemahkan dari bahasa Arab itu ditutupi. Mereka mengklaim ada terjemahan dari Yunani ke Latin. Itu ada, tapi tidak sebanyak terjemahan dari bahasa Yunani ke Arab, karena saat itu bahasa Yunani sudah dialihbahasakan ke bahasa Syiriac.

Para orientalis membuat sebuah teori bahwa peradaban Barat banyak dipengaruhi oleh Yunani. Yunani sendiri itu Barat, karena berada di Barat. Orang Barat ingin menunjukkan kehebatan mereka. Menurut mereka Islam adalah bagian dari peradaban Barat karena prose Helenisme itu.

Padahal, Islam itu peradaban yang bersumber dari Al‐Qur’an dan Hadis yang kemudian menjelma jadi ilmu dan
diambil oleh Barat. Seperti trasisi ilmu hadis itu tidak kaitannya dengan helenisme. Dia punya tradisi sendiri. Orang
Barat ingin mengkait‐kaitkan itu. Misalnya, mereka mengklaim filsafat dari Yunani, ilmu Kalam dari Yunani, Fiqh dari
Yunani. Ini mereka mengangagap superioritas.

Begitu juga ketika orang India kalau menyusun sejarah akan menyebut Barat dari peradaban India. Karena itu
seharusnya ketika orang Islam menyusun sejarahnya harus menyatakan, sumber peradaban Persia, India, Mesir dan
Barat dari Islam. Ini karena kemajuan Barat dihasilkan oleh peradaban Islam. Tapi, orang Barat tidak mengakui itu.
Apakah ketika para ilmuan Muslim menerjemahkan karya‐karya pemikir Yunani ke dalam bahasa arab juga terjadi
Islamisasi?

Itu bisa saja terjadi. Misalnya soal astronomi. Astronomi oleh ilmuan Muslim tidak sekadar melihat bidang‐bidang,
tapi terkait dengan ilmu Falak. Lalu sains teknologi dalam Islam digunakan untuk kemakmuran, bukan untuk
eksploitasi besar‐besaran seperti yang terjadi di Barat. Kemajuan peradaban Barat yang sekular itu tidak bisa
menghasilkan kemakmuran dunia, tapi melahirkan ketimpangan. Teknologi timpang, ekonomi timpang, pendidikan
mereka menjadikan orang‐orang tidak bermoral. Berbeda dengan Islam. Kita mengembangkan teknologi untuk
kemakmuran masyarakat. Bertahun‐tahun itu orang Spanyol menikamti kemajuan perabadan Islam.

Demikian pula di India, Mesir dan Persia. Di Spanyol itu ada Islam dan Kristen berdampingan ketika Islam berkuasa di
sana. Tidak peperangan di sana atas nama agama di sana. Tapi sekarang lihat. di dalam Kristen sendiri terjadi
peperangan. Apalagi Kristen dengan Islam sampai terjadi perang Salib. Itulah bedanya peradaban yang merahmati
dengan peradaban yang memberi petaka.
Mereka menyatakan ilmu itu netral alias bebas nilai. Tapi kenapa mereka takut dengan kemajun ilmu‐ilmu Islam.
Apakah ketakutan itu karena khilafah?
Begini, peradaban itu bermula dari kekuasaan. Itu yang mereka takutkan. Orang Islam dapat membangun peradaban
kalau punya kekuasaan. Asumsi itu bisa betul. Karena kalau pemerintahan politik tidak stabil dan ekonomi.

dihancurkan, maka ilmu itu tidak jalan. Kalau mau jalan, politik harus dikuatkan, ekonomi dikuatkan, maka ilmu
pengetahuan mesti berkembang. Tapi, orang Barat tidak mau.
Melihat fakta di atas artinya perlu pelurusan sejarah?

Kita perlu meluruskan sejarah. Itu lebih obyektif dan faktual dibanding apa yang ditutup‐tutupi orang Barat.
Langkahnya seperti apa? Pasalnya banyak buku sejarah Islam dan lainnya sudah mereka tulis dengan versi mereka.
Yang paling real adalah menyusun sejarah peradaban Islam yang di dalamnya kajian fakta‐fakta kemajuan Islam
dimasukkan. Selain itu, buku sejarah Barat mestinya juga ditulis oleh orang Islam.
Belum ada yang melakukan hal itu?
Belum ada. Yang sudah menulis itu Prof. Ackparsalan, tapi bukunya belum diterbitkan. Dia membuat dan melacak
sejarah Barat itu sejatinya dari mana, dan ia membuatnya dengan framework Islam.
Ribuan perguruan tingggi Islam belum ada yang menempuh langkah itu? Sebut saja misalnya Al‐Azhar tidak ada
kepentingan untuk itu?

Bukan tidak ada kepentingan, tapi tidak ada ilmu untuk itu. Dan ilmu butuh kesadaran dan ilmu tersendiri. Selain itu, saintis Muslim yang komitmen dengan Islamic science itu jarang. Ini karena dari sisi frameworknya terpengaruh oleh orientalis. Susahnya perkembangan sains Islam di situ.

Di tengah harapan agar peradaban Islam hadir kembali ke puncak, di sisi lain Islamic Studies di kampus‐kampus
seperti UIN, IAIN, STAIN dan semacamnya justru mengalami penurunan peminat. Fakultas keIslaman tak layak jual
lagi. Ini bagaimana?

Ini pengaruh dari sistem pendidikan yang sekularistik dan dualistik itu. Pendidikan hanya dilihat sebagai pencapaian kemakmuran material. Makanya, kajian agama yang dianggap tidak ada dampak materialnya ditinggalkan. Mestinya orang yang belajar di universitas Islam, mau belajar sosiologi, politik, teknologi, komputer, dan sebagainya harus juga belajar Islam dengan framework Islam. Ini harus dicermati, bahwa kajian ilmu pengetahuan sekuler itu lebih dominan.

Karena itu harus ada rekontruksi fakultas. Kaitannya dengan pengembangan peradaban Islam, maka harus dimulai
dari konsep ilmu dan agama. Kita perlu mengkombinasikan ilmu‐ilmu tradisional Islam dengan ilmu‐ilmu modern.
Siapapun yang belajar ilmu modern harus belajar ilmu‐ilmu tradisional secara mendasar, dan tidak harus seperti
ulama. Orang yang belajar fisika harus eblajar ilmu Kalam, orang yang belajar ekonomi, harus belajar Syari’ah. Orang
yang belajar hukum harus menguasai hukum‐hukum syari’ah. Yang terjadi saat ini sarjana hukum UIN, Gajah Mada,
dan di universitas Muhammadiyah itu sama saja.

Bukankah saat ini beberapa UIN atau IAIN ingin melakukan integrasi keilmuan?

Integrasi yang ditempuh mereka itu mendekatkan atau memasukkan konsep‐konsep dan ilmu‐ilmu asing sebagai
metodologi memahami Islam. Kemudian produk yang muncul tentu tidak kompatibel dengan Islam. Kalau
pendekatannya salah, maka hasilnya juga salah.
Sebagaimana diketahui, banyak tuduhan yang menyebutkan UIN/IAIN sebagai sarang pemikiran Barat. Kenapa INSIST
misalnya tidak mendekati untuk meluruskan mereka?

Mereka itu komunitas yang besar. Lalu mereka juga ada semacam self confidence, karena merasa punya otoritas.
Misalnya, kasus di UIN Bandung yang ada mahasiswa mengatakan, ” anjinghu akbar.” Dekannya mengatakan, yang
mengeritik itu siapa. Kami S3 dan tahu masalahnya. Forum Umat Islam (FUI) itu siapa. Jadi mereka ada arogansi. Kalau
INSIST melakukan hal itu, kasusnya seperti FUI.

Mereka tidak begitu saja menerima kritik dan masukan kita. Yang kita kerjakan saat ini adalah menawarkan kepada
perguruan tinggi yang bisa diajak kerjasama sehingga jelas apa yang kita hasilkan. Apa yang dilakukan UIN/IAIN sendiri
tidak jelas. Masalah lain, mereka mendukung sekularisme, kita menentang. (dina)

BALAJAR MANDIRI


A. Pendahuluan

* Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) menuntutkan aktivasi dan partisipasi para siswa yang lebih banyak dalam proses pembelajaran, struktur kurikulum tingakat satuan pendidikan berbeda dari kurikulum sebelumnya, KTSP dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak ada lagi jam efektif yang begitu mencolok banyaknya. Kurikulum sebelumnya,sebagian mata pelajaran memiliki waktu yang banyak, sebagian mata pelajaran yang lain memiliki waktu yang banyak, sebagian mata pelajaran memiliki waktu yang sedikit dengan alasan urgen dan padatnya materi.


Dalam struktur kurikulum untuk jenjang SD/MI hanya dua mata pelajaran yang memiliki 5 jam per minggu, yaitu Bahasa Indonesia dan Matematika, sedangkan Ilmu Pengetahuan Alam, Seni Budaya dan Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan masaing-masing 4 jam. Mata pelajaran pendidikan Agama dan Ilmu Pengetahuan Sosial masing-masing 3 jam, dan mata pelajaran lain masing-masing 2 jam per minggu. Untuk jenjang SMP/MTs dan SMA/MA kelas X hanya ada tiga mata pelajaran yang alokasi waktu 4 jam, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. Dengan ketersediaan waktu seperti di atas, dan maka terasa berat untuk mencapai target materi. Penekanan KTSP bukan mengejar target materi. Penekanan KTSP bukan mengejar target materi tetapi memaksimalkan proses dalam pembelajaran dan mengembangkan kompetensi siswa, apalah arti bila materi tercapai dengan proses yang tidak maksimal, akan tetapi dengan proses pembelajaran yang maksimal akan membuahkan hasil (out put) yang berkualitas. UNESCO mensosialisasikan tentang kewajiban belajar, sebagai berikut:


* Learning to know (berpengetahuan)
* Learning to do (berbuat/bekerja)
* Learning to be (menjadi diri sendiri)
* Learning to life together ( hidup bermasyarakat)

Maka oleh sebab itu para siswa harus melakukan kegiatan belajar terstruktur secara mandiri (sendiri atau dalam keadaan kelompok) serta mempelajari mata pelajaran secara mandiri. Kedua kegiatan belajar ini dilakukan tanpa kehadiran guru secara fisik, namun guru tetap diharapkan memberi bimbingan belajar bagi siswaa dalam melakukan kegiatan tersebut.


B. Definisi Belajar Mandiri

Sebagian fakar mengatakan bahwa belajar mandiri sama dengan belajar individual. Brookfield (1984), Knowles (1975), Kozma, Belle Williams (1978) mendefinisikan belajar mandiri adalah upaya individu secara otonomi untuk mencapai kemampuan akademis. Namun demikian skinner mengatakan bahwa eblajar individual bukan belajar mandiri, akan tetapi sistem belajar individual merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan proses balajar mandiri peserta didik.

Belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan oleh siswa secara bebas menentukan tujuan belajarnya, arah belajarnya, merencanakan proses belajarnya, strategi belajarnya, menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilihnya, membuat keputusan akademik,dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk tercapainya tujuan belajarnya (Brookfield, 1984 dalam Paulina Panen, 1997; 5 – 4).

Belajar mandiri adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing individual yang tidak terikat dengan kehadiran guru, dosen, pertemuan tatap muka di kelas, kehadiran teman sekolah. Belajar mandiri merupakan belajar dalam mengembangkan diri, keterampilan dengan cara tersendiri. Peran guru dan dosen sebagai fasilitator dan konsultan sebagaimana yang diamanatkan dalam KTSP. Guru bukanlah satu-satu sumber ilmu, dan dapat mempergunakan apa saja sumber dan media untuk belajar.

Belajar mandiri membutuhkan motivasi, keuletan, keseriusan, kedisiplinan, tanggung jawab, kemauan, dan keingin tahuan untuk berkembang dan maju dalam pengetahuan. Banyak informasi-informasi lain yang tidak tersosialisasi oleh guru dan dosen di kelas diakibatkan oleh keterbatasan sumber, pengetahuan, dan pengalaman. Alvin Tofler mengatakan “siapa yang banyak menguasai informasi, maka dialaah yang menguasai dunia”. Demikian juga Wahyu yang pertama diterima Rasulallah SAW. Adalah “Iqra”, perintah untuk membaca, membaca tentang ayat-ayat Allah (kekuasaan Allah).

Belajar mandiri artinya belajar yang bebas menentukan arah, rencana, sumber, dan keputusan untuk mencapai tujuan akademik bukan bebas dari aturan-aturan keagamaan, aturan-aturan negara, aturan-aturan adat atau masyarakat.

C. Manfaat Belajar Mandiri

Betapa besar manfaat belajar mandiri belumlah banyak dirasa oleh peserta didik, karena belajar mandiri ini belum tersosialisasi di kalangan peserta didik, budaya belajar mandiri belum begitu berkembang di kalangan para siswa di Indonesia, mereka masih beranggapan bahwa guru satu-satunya sumber ilmu, akan tetapi sebagian mereka yang berhasil dalam belajar karena memanfaatkan belajar mandiri atau belajar yang tidak terfokus kepada kehadiran sang guru, tatap muka di kelas, dan kehadiran teman. Indikator ini dapat kita lihat pemberdayaan perpustakaan sekolah, di mana perpustakaan sekolah dikunjungi oleh siswa tertentu, bahkan ditemui di sebagian sekolah, perpustakaannya berdebu dan kelihatan tidak terurus.

Balajar tatap muka di kelas belumlah cukup untuk menciptakan siswa cerdas dan terampil tanpa dibarengi dengan belajar terstruktur dan belajar mandiri, belajar terstruktur berbeda dengan belajar mandiri, belajar terstruktur adalah para siswa belajar sesuai dengan tujuan, rencana, bahan, dan sumber yang ditentukan oleh guru. Para guru harus memberi dorongan kepada siswa-siswa untuk belajar mandiri, dan menghindari pemberian materi otokratis yang akan menciptakan siswa pasif dan menerima saja atau rote learning (belajar hafalan). Belajar seperti ini sulit mengembangkan kemampuan siswa, para siswa kurang inisiatif, banyak ketergantungan kepada orang lain, kurang mandiri, kurang percaya diri, dan kurang bertanggung jawab.

Ilmu pengetahuan akan bisa didapatkan melalui sumber-sumber, tempat, sarana, peristiwa yang berbeda-beda pula, manusia banyak belajar dan di pengaruhi lingkungan sekitarnya, mungkin seseorang bisa saja belajar dengan sebatang rambutan di depan rumahnya tatkala ia berproses menuju buah, dimulai dari bakal bunga, bunga, putik, buat, matang, dan dinikmati oleh manusia. Proses ini dilalui secara bertahap dan tidak saling melangkahi tahapannya. Demikian juga dengan manusia berproses dalam hidup, pekerjaan, karir, dan lain sebagainya.

Belajar mandiri memiliki manfaat yang banyak terhadap kemampuan kognisi, afeksi, dan psikomotorik siswa, manfaat tersebut seperti di bawah ini;

o Memupuk tanggung jawab

o Meningkatkan keterampilan

o Memecahkan masalah

o Mengambil keputusan

o Berfikir kreatif

o Berfikir kritis

o Percaya diri yang kuat

o Menjadi guru bagi dirinya sendiri


Di samping itu juga manfaat belajar mandiri akan semakin terasa bila para siswa dan mahasiswa menulusuri literatur, penelitian, analisis, dan pemecahan masalah. Pengalaman yang mereka peroleh semakin komplek dan wawasan mereka semakin luas, dan menjadi semakin kaya dengan ilmu pengetahuan. Apalagi bila mereka belajar mandiri dalam kelompok, di sini mereka belajar kerjasama, kepemimpinan, dan pengambilan keputusan.

Carl R. Rogers seorang ahli psikoterapi mengemukakan suatu cara mendidik yang perlu mendapat perhatian kita sebagai guru dan pendidik. Siswa-siswa tidak hanya secara bebas, artinya tanpa dipaksa menyelesaikan tugas-tugas dalam waktu tertentu, akan tetapi juga belajar membebaskan dirinya untuk menjadi manusia berani memilih sendiri apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab.

Pendapat di atas ini untuk mengembangkan kompetensi siswa, setiap siswa memiliki kompetensi yang harus dikembangkan, baik itu kompetensi yang nyata, jelas, dan kompetensi yang samar-samar. Anak merupakan amanah Allah yang mesti diselamatkan secara fisik dan mental agar mereka menjadi manusia yang mandiri, bebas, berani, dan menjadi manusia menurut keinginan dan pilihannya. Belajar mandiri melepaskan diri siswa dari belenggu tekterkaitan dengan orang lain, pendapat orang lain, paksaan, keinginan, dan harapan orang lain, akan tetapi menjadi dirinya sendiri.

D. Syarat-syarat Belajar Mandiri

Belajar mandiri berbeda dengan belajar terstruktur sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, akan tetapi belajar terstruktur lebih mudah dibandingkan dengan belajar mandiri, belajar mandiri lebih sukar dan dilaksanakan bila syarat-syarat tertentu dapat dipenuhi;


a. Adanya Masalah

Syarat pertama harus adanya masalah yang menarik dan bermakna bagi siswa. Masalah harus riil, aktual dan memiliki kaitan dengan kehidupannya, sehingga menarik bagi siswa untuk mencari jawabannya. Siswa-siswa di sekolah sering diharapkan dengan sejumlah mata pelajaran yang terpaksa mereka menguasainya, akhirnya materi itu terkuasai tetapi tidak bermakna bagi dirinya, mereka mengejar nilai rapor dan ijazah. Belajar mandiri adalah memberi kebebasan pada mereka untuk mencari, mengidentifikasikan, memecahkan, mencari solusi, membandingkan, dan menilai sesuatu masalah yang berkaitan dengan dirinya.

b. Menghargai Pendapat Siswa

Sebagian besar siswa menerima apa yang diajarkan oleh guru, dan banyak juga guru yang menganjur siswa-siswa untuk menghafal (rote learning). Di sekolah-sekolah banyak juga kita menemui siswa-siswa kreatif, aktif, dinamis, idealis yang merupakan hasil dari belajar mandiri mereka, kadang-kadang masih ditemui guru-guru yang belum mampu menerima apa yang tertulis di buku pelajaran tersebut.

Secara psikologis siswa-siswa membutuhkan penghargaan berupa support dan rewards dari guru tatkala mereka mendapatkan sesuatu prestasi di kelas, demikian juga mereka diberi penghargaan dalam bentuk lain, seperti mempresentasikan tentang materi dari hasil bacaan mereka atau dari temuan bacaan mereka, hal ini membuat efek psikologis yang sangat besar terhadap teman sekelas, dan masing-masing mereka merasa terpacu untuk dapat tampil seperti teman-teman yang lain. Kondisi kebanyakan kelas di sekolah waktu belajar masih didominasi oleh guru, sebenarnya kelas waktu belajar harus didominasi oleh para siswa, kondisi yang seperti ini belum banyak terbudaya di lembaga pendidikan kita.

c. Peran Guru

Motto yang lekat pada profesi guru adalah tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, ing ngarso sung toludo. Arti motto ini bahwa guru mendorong dari belakang, guru ditengah memberi semangat, guru di depan memberi teladan. Andil keadaan guru sangat besar di kalangan siswa, guru yang akan berubah diperilaku, guru yang memberi pengetahuan, menanam budi pekerti. Pendidikan di sekolah terjadi karena orang tua/wali memiliki keterbatasan waktu, dan lain sebagainya. Sekolah merupakan lingkungan formal yang disediakan untuk mendidik, membimbing, dan melatih anak secara teratur, berencana, dan sistematis.

Guru merupakan wakil dari orang tua dan wali mempunyai kewajiban mengisikan intelektual, sikap, dan keterampilan anak di sekolah. Guru juga sebagai ibu/bapak tempat anak mengadu, bediskusi, bertukar fikiran, memecah masalah, di samping itu juga guru memiliki hak untuk menghukum, melarang, menasehati anak tatkala dia salah. Kesuksesan guru sebagai pendidikan di sekolah berkat kerjasama dengan orang tua di rumah tangga, sebaliknya guru akan sukar mendidik, membimbing, dan melatih anak di sekolah tanpa kerjasama dengan orang tua di rumah tangga. Demikian pula para orang tua akan berhasil mendidik anak-anaknya bila bersenergi dengan guru-guru di sekolah, orang tua sebagai ayah/ibu anak melimpah wewenang kepada para guru di sekolah dalam mendidik anak-anaknya jangan ibarat pepatah masyarakat jambi “ayam dilepas tali diijakkan” artinya pemberian wewenang yang dikendali oleh pemilik (orang tua). Orang tua berperan sebagai alat kontrol dan juga berperan serta mendidik bersama-sama guru di rumah tangga, dan para orang tua memiliki wewenang untuk mengajukan usul dan kritikan kepada guru dalam mendidik yang usul dan kritikan kepada para guru dalam mendidik yang dijembatani oleh komite sekolah dan merupakan wakil dari orang tua para siswa.

Mencipatakan belajar mandiri guru harus mampu bekerjasama dengan orang tua di rumah tangga dan masyarakat di sekitar anak. Kerjasama yang baik ini akan membuahkan hasil berupa anak-anak didik yang berkualitas mandiri. Kita memahami kondisi ekonomi masyarakat, tidaklah semua mereka berkecukupan dalam segi ekonomi, namun kita mensuport semangat menyekolah anak-anak mereka, ekonomi mempengaruhi lingkungan belajar, akan tetapi tidak mutlak. Anak-anak yang mandiri akan mampu lepas dari cengkraman ini walaupun jumlahnya sedikit, mereka yang mandiri menjadi orang-orang yang berhasil dalam hidupny. Demikian juga belajar mandiri, anak-anak sudah banyak tersita waktu belajar di sekolah dan di tempat kursus sehingga pulang mereka ke rumah lelah, maka di sini para orang tua memiliki andil menciptakan suasana belaja rumah tangga, sehingga anak-anak selalu dalam lingkungan balajar yang tidak menjenuhkan, dilakukan alam kondisi yang rilek dan menyenangkan.

Bila kita ingin agar anak didik mau belajar terus sepanjang hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang menyenangkan baginya. Siswa sering frustasi karena mendapat angka yang rendah di samping teguran, kecaman, dan celaan akan benci terhadap segala bentuk pelajaran formal dan tidak mempunyai cukup motivasi untuk melanjutkan pelajarannya. Tentulah angka-angka yang baik hanya diberikan kepada sejumlah kecil dari siswa-siswa, maka sebagian besar yang mendapat angka rendah dan memahami frustasi akan berhenti belajar dan tidak mengembangkan bakat yang dapat disumbangkan kepada masyarakat. Bila guru dapat membimbing, mendidik, dan melatih anak sehingga berhasil, maka ini merupakan keuntungan besar bagi siswa, orang tua maupun negara.

d. Menghadapi siswa

Guru di sekolah akan selalu berhadapan dengan para siswa/anak didik yang berbeda tingkat umur sesuai dengan jenjang satuan pendidikan dihadapinya. Membimbing, mendidik, melatih pada setiap tingkat tidaklah sama. Nabiyullah Muhammad SAW menganjurkan kepada umatnya agar “berbicara terhadap seseorang sesuai dengan tingkat umur dan fikirannya”. Jhon Dewey seorang tokoh pendidik sosial dan filasuf Amerika (1859 – 1952) mengatakan “jangan menganggap anak kecil seperti orang dewasa yang bertubuh kecil” dan juga;


§ Kita harus mengetahui apa yang ada pada si anak untuk dikembangkan.

§ Kita harus mengetahui kemana potensi-potensi itu harus disalurkan.

§ Semuanya harus diabaikan kepada kehidupan sosial Pendidikan adalah proses sosial.

Dewey menunjuk kepada 4 corak pada anak;

a. Sosial,

b. Suka membentuk/membangun,

c. Suka menyelidiki,

d. Suka kepada kesenian sebagai suatu alat ekspresi.


Perkembangan intelektual anak menurut hasil penelitian J.Piaget (dalam S.Nasution, 2005; 7 – 8) dapat di bagi dalam tiga taraf.

1. Fase pra-operasional, sampai usia 5 – 6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Anak pada umur ini belum dapat membuat perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Misalnya ia mengatakan, matahari bergerak karena dorongan Tuhan, dan bingtang-bintang, seperti ia sendiri, ia harus tidur. Ia belum memahami konsep “reversibility”, misalnya bahwa benda diubah bentuknya, misalnya yang terbuat dari tanah liat, dapat dikembalikan (di-reverse) kepada bentuk semula. Karena itu belum dapat memahami dasar matematika dan fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berubah bila dibagi dalam ebberapa bagian, atau bahwa berat sesuatu tidak berubah bila bentuknya berubah. Pada taraf iini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangant terbatas.


2. Fase operasi konkrit. Dengan operasi dimaksud usaha untuk memperoleh data tentang dunia realitas dan mengubahnya dalam fikiran kita sedemikian rupa sehingga dapat disusun atau diorganisasi dan digunakan secara selektif dalam pemecahan masalah-masalah.bola bilyar yang digulingkan ke tepi meja akan dipantulkan menurut sudut bola itu mengenai tepi meja itu. Anak yang berusia 4 – 5 tahun tidak melihat sebagai sesuatu problem masalah. Anak yang lebih tua, misalnya 10 tahun, melihat adanya hubungan itu dan anak yang berumur 13 – 14 tahun dapat melihat bahwa kedua sudut itu sama. Kemampuan anak untuk memahami gejala itu beruntung pada operasi mental masing-masing.


Pada taraf ke –2 ini operasi itu “internalized” artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlumemecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam fikirannya. Internalisasi ini sangat penting karena dengan itu ia telah memiliki sistem simbiolis yang menggambarkan dunia ini. Namun pada taraf operasi konkrit ini hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau konkrit atau yang belum pernah dialaminya sebelumnya. Ia belum sanggup mengantisipasi hal-hal yang tidak ada. Ia belum dapat melihat kemungkinan-kemungkinan alternatif untuk memecahkan masalah. Pada usia antara 10 – 14 tahun anak itu lambat laun beralih kepada fase ke -3, yaitu fase “formal operations” atau operasional formal.



3. Fase operasi formal. Pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya atau apa yang telah dialaminya sebelumnya. Ia telah dapat memikirkan variabel-variabel yang mungkin atau hubungan-hubungan yang kemudian dapat diselidiki kebenarannya melalui eksperimen dan obsevasi. Operasi intelektual yang dilakukan oleh anak pada taraf ini telah banyak persamaannya dengan operasi logis yang dilakukan oleh ilmuan atau femikir abstrak. Ia dapat memberikan pernyataan formal tentang ide-ide yang konkrit.


E. Proses Belajar Mandiri

Belajar mandiri bukanlah belajar individual, akan tetapi belajar yang menuntut kemandirian seorang siswa atau mahasiswa untuk belajar. Belajar mandiri pemberian otonomi kepada siswa dan mahasiswa dalam menentukan arah/tujuan belajar, sumber belajar, program belajar, materi yang dipelajarinya, tanpa diatur secara ketat oleh guru atau peraturan. Belajar mandiri adalah upaya mengembangkan kebebasan kepada siswa dalam mendapat informasi dan pengetahuan yang tidak dikendalikan oleh orang lain, belajar seperti ini bukan suatu pekerjaan yang mudah dilakukan setiap siswa, sebagian lebih suka belajar diatur orang lain daripada diatur oelh dirinya sendiri. Kemandirian adalah memerlukan tanggung jawab, mereka yang mandiri adalah mereka yang bertanggung jawab, berinisiatif, memiliki keberanian, dan sanggup menerima resiko serta mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri. Akhirnya para siswa dan mahasiswa kelak akan menikmati arti hidup sebenarnya dari pada mereka senantiasa terbelnggu dan selalu diatur oleh orang lain.

Dalam mencipatakan belajar madniri menurut Paulina Pannen (1997; 6 – 7), perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu;

1. Guru atau dosen harus mampu merencanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan teliti, termasuk beraneka ragam tugas yang dapat dipilih untuk dikerjakan oleh siswa dan mahasiswa. Perencanaan kegiatan pembelajaran dan tugas-tugasnya haruss dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai (bukan pada saat kegiatan pembelajaran dan perkuliahan).


2. Perencanaan kegiatan pembelajaran dan tugas-tugasnya harus dilakukan berdasarkan kemampuan dan karakteristik awal siswa dan mahasiswa. Guru dan dosen jua perlu memperhatikan bahwa untuk belajar siswa dah mahasiswa diharap mempunyai keterampilan dalam manfaat sumber belajar yang tersedia. Jadi, guru dan dosen mempersiapkan siswa dan mahasiswa untuk memiliki dan menguasai keterampilan yang diperlukan sebelum meminta mereka belajar mandiri. Misalnya, jika siswa dan mahasiswa diketahuin belum pernah mengadakan penelusuran literatur, maka guru dan dosen perlu memberi bimbingan tentang cara penelusuran literatur sebelum memberi tugas penelusuran literatur. Tugas-tugas hendaknya direncanakan agar tidak terlalu sulti atau terlalu mudah, tetapi mampu menantang kreativitas dan daya fikir siswa dan mahasiswa.


3. Guru dan dosen, dalam rangka penerapan belajar mandiri, perlu memperkaya dirinya terus meneruskan dengan pengetahuan dan keterampilan yang belum dimiliki dan dikuasainya dan juga dengan pengetahuan dan keterampilan yang baru dalam bidang ilmunya. Tugas-tugas yang direncanakan guru dan dosen untuk dikerjakan siswa dan mahasiswa harus dapat dikerjakan oleh guru dan dosen.


4. Selain keterampilan guru dan dosen dalam hal penguasaan ilmu dan perencanaan pembelajaran, belajar mandiri juga menuntut adanya sarana dan sumber belajar yang memadai, seperti perpustakaan, laboratorium, studio, dan lain sebagainya.


Proses belajar mandiri yang diterapkan kepada siswa dan mahasiswa membawa perubahan yang positif terhadap perkembangan intleketualitas mereka, mereka akan mampu beridi atas dirinya sendiri serta menjadi dirinya sendiri. Guru dan dosen bukan sebagai pengendali dalam proses belajar akan tetapi kendali terletak pada diri mereka sendiri. Guru dan dosen sebagai penasehat yang memberi pengarahan kepada siswa dan mahasiswa, dengna pengarahan siswa dan mahasiswa dapat menentukan tujuan belajarnya, arahan belajarnya, strategi pencapaian tujuan belajar, dan sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses belajar.

Rabu, 30 Maret 2011

Kalor Pembakaran Bahan Bakar

Dalam kehidupan sehari-hari, untuk melakukan aktivitasnya, manusia memerlukan banyak energi. Sumber energi tersebut dapat diperoleh dari minyak bumi. Untuk memperoleh energi dari minyak bumi biasanya melalui reaksi pembakaran dari sumber energi tersebut. Jadi, sumber energi seperti minyak bumi digunakan sebagai bahan bakar. Dari reaksi pembakaran bahan bakar ini akan dilepaskan sejumlah tertentu panas (kalor). Komposisi dan nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Jenis Bahan Bakar Komposisi (%) Nilai Kalor

(KJ/g)
C H O
Gas alam 70 23 0 49
Batubara (antrasit) 82 1 2 31
Batubara (Bituminos) 77 5 7 32
Minyak mentah 85 12 0 45
Bensin 85 15 0 48
Arang 50 0 0 34
Kayu 50 0 44 18
Hidrogen 0 100 0 142



Suatu bahan bakar dapat dipandang ekonomis atau tidak bergantung pada kalor pembakaran bahan-bahan tersebut. Semakin besar jumlah kalor yang dilepaskan pada reaksi pembakaran, semakin besar pula nilai ∆H pembakarannya (∆Hc). jadi, bahan bakar akan bernilai ekonomis jika dalam pembakarannya dapat dilepaskan kalor dalam julah yang besar, sedangkan harga bahan bakarnya murah.

Akan tetapi, tidak semua bahan bakar dapat terbakar semupurna, sebagian ada yang pembakarannya tidak sempurna. Pembakaran sempurna bahan bakar akan menghasilkan gas CO2, sedangkan pembakaran tidak sempurna dari nbahan bakar akan menghasilkan gas CO yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Perhatikan reaksi-reaksi berikut !

1. Pembakaran sempurna isooktana:

C8H18 + O2(g) → 8CO2(g) + 9H2O(g) ∆H = -5.460 kJ/mol



2. Pembakaran tidak sempurna isooktana:

C8H18 + O2(g) → 8CO2(g) + 9H2O(g) ∆H = -2.2924,4 kJ/mol



Pada reaksi 1 dan 2, pembakaran tidak sempurna menghasilkan lebih sedikit kalor. Jadi, pembakaran tidak sempurna dapat mengurangi efisiensi bahan bakar. Kerugian lain dari pembakaran tidak sempurna adalah akan dihasilkan gas karbon monoksida (CO) yang bersifat racun (mencemari udara).

TERMOKIMIA

Termokimia meruapakan cabang ilmu kimia yang mempelajari perubahan energi (kalor atau panas) pada suatu reaksi kimia. Jadi, pada peristiwa di atas, panas dan dinginnya suatu benda dapat dirasakan tangan karena adanya proses perpindahan energi.



Energi dan Entalpi

1. Hukum Kekalan Energi

Energi dalam alam semesta tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Hal ini sesuai Hukum Kekalan Energi yang menyatakan bahwa energi adalah tetap. Karena tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, maka energi hanya akan berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Menurut ilmu fisika, energi total merupakan jumlah total energi potensial dan energi kinetik. Bagaimanakah kekalan energi ditinjau ilmu kimia?



Hampir semua reaksi kimia selalu ada energi yang diserap dan dilepaskan. Dalam reaksi kimia tersebut tidak ada energi yang hilang karena energinya hanya berubah bentuk saja. Perubahan bentuk energi ini dapat berupa panas (kalor) yang diserap dan dilepaskan oleh sistem dalam reaksi kimianya.





2. Sisetem dan Lingkungan

Jika reaksi kimia berlangsung maka akan ada dua kemungkinan, yaitu reaksi kimia itu memerlukan panas atau melepaskan panas. Untuk lebih memahami mengenai penyerapan atau pelepasan panas dari suatu reaksi kimia, lebih dulu kita pelajari tentang sistem dan lingkungan.



Sistem merupakan sebagian dari alam semesta yang sedang dipelajari atau menjadi pusat perhatian langsung dalam suatu percobaan tertentu, sedangkan yang di luar sistem adalah lingkungan. Jadi, lingkungan merupakan bagian sisa dari alam semesta yang dapat bertukar energi dengan sistem selama proses diamati ini berlangsung. Sistem dan lingkungan saling berinteraksi membentuk semesta termodinamika sehingga dapat terjadi proses pertukaran energi antara keduanya. Energi ini dapat berpindah dari sistem ke lingkungan ataupun sebaiknya, dari lingkungan ke sistem.



Interaksi antara sistem dan lingkungan dapat berupa pertukaran materi dan atau pertukaran energi. Berkaitan dengan hal tersebut, sistem dibedakan menjadi tiga, yaitu sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem terisolasi. Sistem dikatakan terbuka jika antara sistem dan lingkungan dapat mengalami pertukaran materi dan energi. Misalnya, gelas terbuka yang berisi air panas. Pada sistem tersebut, sebagian materi air ada yang menguap ke udara. Demikian pula energi panas air juga akan berkurang. Selanjutnya, sistem dikatakan tertutup jika antara sistem dan lingkungan tidak dapat terjadi pertukaran materi, tetapi dapat terjadi pertukaran energi. Contohnya, gelas tertutup yang berisi air panas. Meskipun materi air tidak bisa ke luar gelas, tetapi energi panas air masih dapat ke luar. Oleh karena itu, setelah beberapa waktu suhu air dalam gelas akan sama dengan suhu ruang. Pada sistem terisolasi, tidak terjadi pertukaran baik materi maupun energi dengan lingkungannya. Contoh sistem terisolasi adalah termos air panas. Dinding bagian dalam dari termos air panas biasanya terbuat dari bahan isolator. Dalam termos air panas, uap air tidak dapat keluar dan air akan tetap panas.





3. Entalpi dan Perubahan Entalpi

Pada keadaan tekanan tetap, sistem memiliki energi dalam bentuk panas yang di sebut entalpi. Entalpi dinyatakan dengan lambang H.



Harga entalpi suatu sistem tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah perubahan entalpi (∆H) yang menyertai suatu proses, baik fisika maupun kimia. Perubahan entalpi merupakan selisih antara entalpi akhir dan entalpi awal. Perhatikan contoh berikut:



Reaktan (R) → produk (P)

(entalpi awal) (entalpi akhir)



Jika sistem yang dipelajari berupa reaksi kimia, maka perubahan entalpi untuk suatu reaksi kimia sama dengan selisih dari entalpi produk dengan entalpi reaktan dan dirumuskan sebagai berikut.

∆H reaksi = H produk – H reaktan

∆H r = HP - HR

4. Jenis-jenis Reaksi dan Termokimia

Saat terjadi reaksi kimia, antara sistem dan lingkungan saling berinteraksi sehingga dapat terjadi pertukaran energi (kalor atau panas). Berdasarkan pertukaran kalor antara sistem dan lingkungan, reaksi kimia dapat dibedakan menjadi 2, yaitu reaksi eksoterm dan endoterm.





a. Reaksi Eksoterm



Jika reaksi kimia terjadi, sistem dapat melepaskan atau menerima kalor. Reaksi kimia dengan sistem melepaskan energi (kalor) disebut reaksi eksoterm. Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan panas dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi tersebut melepaskan panas. Contoh reaksi eksoterm adalah reaksi antara kapur tohor dengan air. Pada reaksi ini akan dihasilkan larutan yang panas. Hal ini dapat diketahui dengan kita menyentuh wadah reaksinya yang terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada reaksi tersebut telah terjadi kenaikan suhu sistem. Untuk menyeimbangkan suhu sistem dengan lingkungan, sistem harus melepaskan panas ke lingkungan sehingga entalpi sistem akan berkurang. Pada reaksi eksoterm ini, entalpi produk lebih kecil daripada entalpi reaktan.



Berikut ini contoh reaksi eksoterm.

1) C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = -393,5 kJ

2) 2C2H2(g) + 5O2(g) → 4CO2 (g) + 2H20(g) ∆H = -1.300 kJ

b. Reaksi Endoterm

Kebalikan dari reaksi eksoterm adalah reaksi endoterm. Pada reaksi endoterm terjadi proses penyerapan panas ke dalam sistem perpindahan panas dari lingkungan ke sistem. Contoh reaksi endoterm adalah reaksi antara amonium klorida (NH4Cl) dengan air. Wadah untuk tempat reaksi ini akan terasa dingin, yang menandakan bahwa pada reaksi ini telah terjadi penurunan suhu sistem. Agar suhu sistem bisa sama dengan lingkungan maka sistem harus menyerap panas dari lingkungan sehinga entalpi sistem bertambah. Dengan ini, entalpi produk menjadi lebih besar daripada reaktan sehingga reaksi endoterm memiliki harga perubahan entalpi positif (∆H = +).



Berikut ini beberapa contoh reaksi endoterm.

1) CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g) ∆H = +178,5 kJ

2) 2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g) ∆H = +68,3 kkal

Minyak Bumi

Kamu pasti tidak asing lagi dengan bensin, solar, minyak tanah, gas, aspal, dan LPG. Semua bahan-bahan tersebut berasal dari satu sumber, yaitu minyak bumi. Minyak bumi ini tersusun atas senyawa-senyawa hidrokarbon. Minyak bumi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku di industri petrokimia. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kegunaan senyawa hidrokarbon sebagai penyusun minyak bumi, akan diuraikan berikut ini.



1. Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam

Minyak bumi dan gas alam berasal dari pelapukan jasad renik baik hewan maupun tumbuhan yang terkubur dalam kerak bumi selama jutaan tahun. Sisa-sisa organisme yang mati akan mengendap di dasar lautan dan terpendam dalam lapisan kulit bumi. Akibat pengaruh suhu dan tekanan tinggi, serta bakteri anaerob menyebakan sisa-sisa organisme tersebut dapat diuraikan menjadi minyak dan gas yang terkumpul dalam pori-pori batu kapur.

Dengan adanya aksi kapiler, minyak dan gas perlahan-lahan dapat naik ke atas. Jika terhalang batuan tak berpori maka akan terjadi pengumpulan minyak dan gas dalam cekungan batu karang tak berpori. Dalam cekungan batu karang, gas dan air yang mengikuti minyak memisahkan diri satu sama lainnya sehingga terbentuk 3 lapisan, yaitu gas berada pada lapisan teratas, minyak bumi di bagian tengah, dan air pada lapisan paling bawah.



2. Komponen Utama Penyusun Minyak Bumi

Minyak bumi terdiri atas campuran kompleks dari bebagai macam hidrokarbon. Komponen utama minyak bumi adalah alkana dan sikloalkana. Minyak bumi juga mengandung senyawa-senyawa nitrogen 0,01-0,9%, belerang 0,1-7%, dan oksigen 0,06-0,4%. Komposisi kandungan minyak bumi sangat bervariasi tergantung daerah asalnya.

Hidrokarbon yang terkaandung dalam minyak bumi mentah berupa senyawa alkana, seperti metana (CH4), etana (C2H6), dan propona (C3H8) sampai dengan alkana berantai panjang lurus dan bercabang. Di antara lkana bercabang yang terpenting adalah isooktana atau 2,2,4-trimetil petana. Hidrokarbon lainnya adalah sikloalkana seperti metil siklopentana dan etil sikloheksana, sedangkan hidrokarbon aroamtis seperti benzena metil benzena.



3. Dasar dan Teknik Pemisahan Fraksi-fraksi Minyak Bumi

Minyak bumi yang diperoleh dari hasil pengeboran merupakan minyak mentah atau crude oil yang berupa zat cair kental berwarna hitam. Agar dapat di pergunakan untuk berbagai keperluan, minyak mentah harus diolah terlebih dahulu.



Pengolahan atau pemisahaan komponen penyusun minyak bumi dilakukan dengan cara destilasi bertingkat (berfraksi), yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih fraksi-fraksi penyusun minyak bumi. Destilasi minyak bumi menggunakan menara fraksionasi yang di dalamnya dilengkapi pelat-pelat dan sejumlah sungkup-sungkup gelembung udara atau buble cup. Mula-mula minyak mentah dipanaskan sampai suhu +400◦C kemudian dipompakan ke menara fraksionasi. Uap minyak dalam menara akan bergerak ke atas melalui sungkup-sungkup. Sebagian uap dari fraksi yang titik didihnya lebih tinggi akan mencair dan mengalir melalui pelat-pelat sehingga terpisah dari fraksi lain. Selanjutnya, uap minyak dari fraksi yang titik didihnya lebih rendah akan mencair pada pelat-pelat sebelah atas. Demikian seterusnya, sehingga pada bagian paling atas akan diperoleh fraksi gas-gas. Berikut bagan destilasi pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi.



Hasil destilasi bertingkat minyak bumi diperoleh fraksi-fraksi minyak bumi seperti ditunjukan pada tabel di bawah ini.
Fraksi Jumlah

Atom C
Titik Didih

(◦C)
Kegunaan
Gas C 1 – C 5 < 30 Bahan bakar gas LPG dan bahan dassar petrokimia
Petroleum eter C 5 – C 7 30 – 90 Pelarut
Bensin (gasolin) C5 – C12 40 – 180 Bahan bakar motor dan mobil
Minyak tanah C12 – C16 180 – 250 Bahan bakar kompor dan lampu
Solar (diesel) C15 – C18 250 – 350 Bahan bakar mesin diesel
Minyak pelumas C16 – C24 > 350 Pelumas
Lilin (parafin) C21 – C50 - Alat penerangan dan bahan lilin
Aspal (residu) C50 ke atas - Pelapis jalan raya

4. Kegunaan Minyak Bumi Bagi Manusia

Minyak bumi telah membawa kemajuan yang pesat bagi dunia. Dalam kehidupan sehari-hari, hampir selalu dijumpai produk-produk yang berasal dari kilang minyak bumi ataupun produk petrokimia. Walaupun minyak bumi telah lama dikenal orang, namun industri minyak bumi baru muncul setelah Drake berhasil mengeluarkan minyak bumi dari dalam bumi dengan bor tumbuknya dan tahun 1859 di Pensylvania.

Bukti bahwa minyak bumi telah lama dikenal orang adalah dengan ditemukannya aspal sebagai bahan perekat pada bangunan-bangunan kuno yang didirikan dari 6000 tahun yang lalu di tepi sungai Euphrat, Irak. Dari hasil penggalian kota-kota kuno, diketahui bahwa aspal telah digunakan sebagai bahan tahan air untuk bak mandi, kapal, bahan perekat barang pecah belah, dan sebagai cat. Setelah Drake berhasil membor minyak bumi dari perut bumi, banyak orang belomba-lomba berspekulasi melakukan pengeboran minyak bumi.

Menurut Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 002/P/DM/Migas/1979 tanggal 25 mei 1979 dan Peraturan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 2/P/DM/Migas/ 1983, di Indonesia berlaku spesifikasi bahan bakar minyak. Produk kilang minyak bumi dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu sebagai berikut.

a. Produk-produk yang Mudah Menguap (LPG)/Liquefied Petroleum Gas)

Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah gas minyak bumi yang dicairkan pada suhu biasa dengan tekanan sedang sehingga LPG dapat disimpan dan diangkut dalam bentuk cairan di bawah suatu tekanan. LPG digunakan sebagai bahan bakar dalam rumah tangga dan industri serta sebagai bahan baku petrokimia.

b. Minyak Ringan: Bensin, Avtur, dan Zat Pelarut

Bensin motor adalah campuran kompleks senyawa hidrokarbon yang mempunyai daerah didih ASTM sekitar 40 – 180◦C. bensin digunakan sebagai bahan bakar mesin pembakaran dalam (internal combution engine). Indonesia menghasilkan dua macam bensin, yaitu bensin premium dan bensin super yang mempunyai angka oktan minimum 98 yang berwarna merah atau sering disebut bensin super 98.

Avtur adalah bahan bakar untuk pesawat turbin jet batas titik didihnya sekitar 150◦C. mesin jet mempunyai sebuah roda turbin yang digunakan untuk menggerkana kompresor dan alat-alat pembantu dalam pesawat terbang. Oleh karena itu, turbin gas pesawat terbang disebut mesin turbo jet.

Minyak bumi ada yang digunakan sebagai pelarut. Senyawa hidrokarbon yang terkandung adalah parafin, naftalena dan aromatis. Zat pelarut hidrokarbon umumnya cukup stabil karena zal pelarut hidrokarbon umumnya cukup stabil karena zat pelarut ini tidak beraksi dengan bahan-bahan lain dan tidak terurai pada suhusedang. Zat pelarut yang terdiri dari senyawa hidrokarbon aromatis disebut zat pelarut aromatis. Sementara pelarut yang terdiri dari campuran senyawa hidrokarbon parafin dan naftalena disebut solvent alifatis.

c. Kerosin

Kerosin adalah fraksi minyak bumi yang lebih berat dari bensin dan mempunyai daerah didih antarea 15–300◦C. penggunaan utama kerosin adalah sebagai bahan bakar lampu penerangan. Selain itu, kerosin juga digunakan sebagai bahan bakar kompor dalam rumah tangga.

d. Minyak Pelumas

Minyak pelumas mempunyai fungsi utama melumasi bagian-bagian mesin yang berkontak dan bergerak satu terhadap yang lain, agar terhindar dari kehausan mesin. Minyak pelumas dibedakan menjadi 2, yaitu minyak pelumas mesin motor yang menggunakan bahan bakar bensin dan minyak pelumas mesin motor yang menggunakan bahan bakar diesel. Minyak pelumas mempunyai titik didih lebih dari 350◦C.

e. Bahan Bakar Diesel

Bahan bakar diesel merupakan fraksi minyak bumi yang mendidih antara 175–370◦C. di Indonesia, bahan bakar ini lebih dikenal dengan nama solar. Fraksi hasil penyulingan minyak bumi ini berwarna hampir hitam yang berbentuk cair pada tempratur rendah. Mesin biasa menggunakan bahan bakar diesel diantaranya mesin kapal, truk, dan mesin industri.

f. Gemuk (grease)

Sebagian besar kinerja bagian mesin masih kurang optimal, yang menyebabkan minyak pelumas tidak dapat tinggal pada tempat melumasinya. Untuk mengatasi hal ini, minyak pelumas dipertebal dengan mendispersikan sabun, lempung, atau bahan penebal lainnya. Jenis minyak pelumas tersebut dinamakan gemuk (grease). Selain bemacam-macam sabun sebagai bahan dan extreme pressure agent. Minyak pelumas, sabun, dan aditif tersebut akan menentukan sifat-sifat pelumasan gemuk.

g. Malam

Senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi mempunyai atom karbon dari 20 sampai 75 buah dalam tiap molekulnya dan mempunyai titik lebur 90–130◦F atau lebih rendah. Malam minyak bumi dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu malam parafin dan malam kristal mikro. Malam parafin diperoleh dari destilasi parafin berat. Malam parafin dan malam kristal mikro dapat digunakan untuk melapisi papan, pembuatan lilin, korek api, pembuatan kosmetik, isolasi listrik, kertas pembungkus makanan, komponen dalam tinta cetak, bahan pemoles, dan pita mesin ketik.

h. Aspal

Aspal adalah hasil pengolahan minyak bumi yang berwarna hitam. Aspal tedapat di alam seperti aspal berasal dari Pulau Buton Sulawesi Tenggara dan aspal dari Trinidad yang diperoleh dari produk kilang minyak bumi. Sebagian besar aspal digunakan untuk perekat pada konstruksi pengerasan jalan. Sebagian lainnya utnuk atap, malapisi salursan pipa sebagai bahan pelindung, kotak baterai, dan melapisi bagian bawah mobil.

5. Kualitas Bensin

Bensin merupakan salah satu fraksi minyak bumi yang paling banyak diproduksi dan digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Bensin mengandung campuran isomer-isomer heptana (C7H16) dan oktana (C8H18).

Bensin yang banyak mengandung hidrokarbon rantai lurus, misalnya n-heptana sangat mudah terbakar dalam mesin motor sehingga akan menimbulkan bunyi ketukan (knocking) yang mengakibatkan mesin mudah rusak.

Kualitas bensin ditentukan oelh jumlah ketukan yang ditimbulkannya dan tinggi bilangan oktannya yang berarti makin baik kualitas bensin. Bilangan oktan adalah bilangan yang menunjukan persen volume isooktana dalam bensin. Untuk menentukan bilangan oktan telah ditetapkan dua senyawa sebagai pembanding, yaitu isooktana (2,2,4-trimetil pertana) dan n-heptana. Menurut perjanjian, isooktana yang sedikit menimbulkan ketukan diberi harga bilangan oktan 100 dan n-heptana yang banyak menimbulkan ketukan diberi harga bilangan oktan 0 (nol). Misalnya suatu bahan bakar terdiri atas campuran 90% isooktana dan 10% n-heptana, berarti bahan bakar tersebut mempunyai bilangan oktan sebesar



Bahan bakar bensin yang berada di pasaran terdapat 3 jenis, yaitu premium, premik, dan super TT. Bensin premium mempunyai bilangan oktan 82, artinya kualitas bahan bakar tersebut serta dengan campuran 82% isooktana dan 18% n-heptana. Premix mempunyai bilangan oktan 90–94, dan super TT mempunyai bilangan oktan 98.

Bilangan oktan pada bensin atau kualitas bensin dapat ditingkatkan dengan penambahan zat anti knocking, yaitu tetraetiltimbel (IV) atau tetra ethyl lead (TEL) dengan rumus Pb(C2H5)4. Pembakaran bensin mengandung TEL akan menghasilkan oksida timbel (PbO) yang akan keluar bersama asap kendaraan atau menempel pada mesin. Untuk mengatasi agar PbO tidak mengumpul pada mesin, ke dalam bensin ditambahkan pula etil bromida (C2H5Br). Selanjutnya, pada hasil pembakaran akan terbentuk PbBr2 yang mudah menguap keluar bersama gas buang mesin. Oleh karena itu, dampak dari pembakaran bensin yang TEL dapat menyebabkan pencemaran udara oleh timbel (Pb). Meskipun demikian, di Indonesia TEL mash digunakan karena dianggap belum menimbulkan masalah serius. Sedangkan di negara maju penggunaan TEL sudah dikurangi dan sebagai penggantinya digunakan methyl tertiery buthyl ether (MTBE).

Senin, 28 Maret 2011

Budaya Kerja

Salah satu tujuan pencanangan Gerakan Disiplin Nasional (GDN) adalah agar tercapainya tujuan dan kinerja kerja yang di lakukan oleh para pegawai, baik pegawai instansi swasta maupun pegawai instansi pemerintah. Meningkatkan kedisiplinan merupakan prioritas perhatian utana daru GDN tersebut mengingat semakin bertambahnya beban kerja yang menuntut produktivitas pekerja. Hal in sangat dengan tumbuhnya globalisasi yang menyebabkan persaingan semakin tajam di antara para pekerja baik di sektor bawah, menengah, maupun atas. Sikap disiplin sangat di perlukan guna membangun budaya kerja yang mantap. Penanaman budaya kerja yang setara dengan kebutuhan dapat menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional.

Namun, dibalik tujuan tersebut, tampaknya kita perlu memperhatikan aspek-aspek tertentu yang dapat memacu keberhasilan Gerakan Disiplin Nasional. Aspek-aspek tersebut perlu ditelaah bersama agar usaha menciptakan budaya kerja yang baik bagi para pegawai dapat menjadi kenyataan.

Makna Disiplin

Disiplin berasal dari bahasa Inggris disciple yang berarti pengikut yang setia. Jadi, disiplin berkonotasi kepatuhan atau ketaatan, sedangkan budaya kerja adalah sikap hidup yang menunjukan perilaku dan pengolahan kerja masyarakat. Secara definitif, disiplin dan budaya kerja dapat di jelaskan sebagai berikut.

Sikap disiplin merupakan kesesuaian antara sikap perilaku/pola tindak seseorang dan norma-norma umum yang diharapkan. Tentunya, perwujudan sikap ini hendaknya timbul dari kesadaran moral yang tinggi tanpa disadari paksaan pihak lain. Dengan demikian, kepatuhan yang kita lakukan hanya didorong oleh rasa tanggung jawab pribadi semata. Apabila sikap disiplin ini telah tertanam didalam diri kita, upaya untuk mewujudkan budaya kerja yang kebih mapan pun dapat berhasil.

Budaya kerja adalah sikap hidup yang didasari oleh norma-norma yang telah menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong yang membudaya dalam tata kehidupan suatu masyarakat atau organisasi sehingga tercemin dalam perilaku kerja. Dalam GBHN 1988 dijelaskan, tujuan budaya kerja adalah manusia Indonesia harus memiliki sifat, antara lain tangguh, cerdasr, terampil, mandiri, rasa kesetia kawan, kerja keras, hemat, disiplin, dan berorientasi masa depan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Upaya mewujudkan sikap disiplin dan budaya kerja yang mantap sebenarnya terletak pada sumber daya atau manusianya. Kesadaran ini harus tumbuh di dalam diri setiap pegawai. Dengan demikian, pada gilirannya nanti, masalah pembentukan budaya kerja yang baik pun akan terealisasi dan terpelihara dengan konsisten.

Akan tetapi, persolaannya sekarang adalah masih banyak sikap negatif para pegawai yang menghambat pencapaian kesadaran itu. Akhirnya, sikap negatif yang ada dapat merusak citra kepegawaian dan produktivitas yang diharapkan dalam tatanan kehidupan kita. Sikap-sikap negatif itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, sikap mermehkan mutu. Sikap ini melekat di dalam diri kita apabila diminta memberi tanggapan atau penilaian terhadap hasil kerja seseorang, padahal semua kerja yang kita lakukan adalah suatu proses. Proses menuju hasil yang lebih memuaskan. Hasil kerja yang seperti apa pun harus dihargai karena tidak ada hasil pekerjaan yang pasti sempurna.

Kedua, sikap suka mengambil jalan pintas. Sikap ini sering kita lakukan, khusunya dalam melaksanakan tugas-tugas yang bersifat administratif dan birkratif. Dalam hal ini, kita takut kepada birokrasi sehingga cenderung mengambil jalan pintas. Kita tampaknya harus menyadari bahwa ini adalah sebuah sistem. Dengan demikian, pekerjaan apa pun yang akan kita lakukan harus mengikuti prosedur dan birokrasi yang ditetapkan. Jalan pintas bukanlah yang terbaik, bahkan menyengsarakan kita. Namun, birokrasi juga hendaknya tidak mempersulit kelancaraan pekerjaan.

Ketiga, sikap tidak percaya diri. Banyak di antara kita yang memiliki sikap ini. Hal ini biasanya tampak pada saat kita melakukan tugas atau kerja yang dipercayakan kepada kita. Untuk menerima tugas ini sebaik mungkin kita menjawab “ya”, tetapi bagaimana mengerjakannya kita “kebingungan”. Sikap ini, membuat kita selalu tampak takut dan khawatir. Lakukanlah amanat yang dipercayakan kepada kita sesuai dengan kemampuan kita dan penuh percaya diri.

Keempat, sikap mengabaikan tanggung jawab. Pengabaian terhadap tanggung jawab yang diberikan kepada kita merupakan sesuatu yang fatal akibatnya. Oleh karena itu, tanggung jawab sebesar apapuna yang diberikan kepada kita haruslah kita terima dengan besar hati. Tidak seorang pun dapat “lari” dari tanggung jawabnya. Jadi, tanggung jawab merupakan landasan moral yang harus dimiliki oleh setiap pegawai, bahkan setiap manusia.

Kelima, sikap tidak memiliki motivasi untuk maju. Kita sering merasa puas dengan hasil yang kita peroleh. Hal ini membuat kita terlena dengan kondisi yang ada. Padahal, upaya untuk mewujudkan esok lebih baik daripada sekarang harus tetap menjadi pilar semangat kerja.bukanlah kita bersepakat bahwa hari ini harus lebih baik dari pada kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini?

Keenam, sikap tidak menghargai waktu. Salah satu sifat yang melekat di dalam diri kita adalah tidak menghargai waktu. Sikap ini menjadikan produktivitas kerja kita sangat rendah. Perubahan jam kerja dari enam menjadi lima hari tidak akan bermakna besar apabila sikap ini belum kita hilangkan. Kita ingat bahwa menghargai waktu adalah suatu kunci keberhasilan.

Ketujuh, sikap boros. Kita kerap kali tidak memperhitungkan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengerjakan suatu tugas. Akhirnya, jumlah yang dianggarkan tidak sesuai dengan jumlah pengeluaran. Bahkan, sikap ini dapat menyebabkan tindakan korupsi semakin merajalela. Mengapa? Banyak biaya yang sebenarnya tidak perlu, tetapi tetap dianggarkan.

Kedelapan, sikap tidak menghargai atasan/bawahan. Dalam menciptakan budaya kerja yang nyaman, sikap timbal balik antara atasan bawahan harus terjalin dengan baik. Atasan menghargai kondisi dan hasil kerja bawahan, sementara bawahan menghormati kewenangan atasan terhadap dirinya. Dangan demikian, hubungan yang baik antara atasan dengan bawahan akan menciptakan iklim kerja yang kondusif dan saling mengisi.

Kesembilan, sikap menghargai pegawai. Sikap ini dapat menciptakan iklim kerja yang sehat dan menyegarkan. Dengan demikian, suasana kerja yang baik akan meningkatkan produktivitas kerja. Persaingan antar pegawai boleh terjadi asalkan berdasarkan pada peningkatan kualitas bukan atas dasar “cari muka” demi kepentingannya sendiri. Dengan kondisi ini, kebersamaan kerja akan menjadi sikap yang membudaya.

Berdasarkan uraian di atas, kita perlu mencari jalan keluar untuk mengantisipasi sikap-sikap negatif tersebut. Jika tidak, tanpa kita sadari sikap-sikap itu secara perlahan akan semakin “beradaptasi” dengan diri kita. Akhirnya, kita berselingkuh untuk menyatakan “mana cara kerja yang baik” dan “mana cara kerja yang tidak baik”.

Kita sasdar bahwa mencapai budaya kerja yang ideal itu sangat sulit. Akan tetapi, usaha-usaha untuk mengakomodasikan kekurangan-kekurangan kita dalam bekerja akan menjadi “kekuataun baru” yang sangat potensial untuk membangun diri. Alhasil, proses ke arah terbentuknya budaya kerja yang mantap akan dapat tercapai dan berhasil guna.

Komitmen

Untuk itu, kita memerlukan komitmen antisipastif sebagai upaya untuk mengantisipasi sikap-sikap yang negatif tersebut di atas. Komitmen ini sebagai perwujudan sikap, disiplin, dan budaya kerja yang menasional. Komitemen-komitmen ini meliputi:

a) dukungna pemerintah/pimpinan dalam menciptakan sikap disiplin dan budaya kerja yang konstruktif bagi kelancaran aktivitas kerja pegawai;

b) partisipasi total seluruh pihak untuk menciptakan sikap disiplin dan budaya kerja yang sehat dan konsisten;

c) keterlibatan seluruh pihak baik atasan maupun bawahan tanpa pengecualian untuk memberikan nilai keteladanan melalui sikap dan perilaku kerja;

d) pengadaan dana yang memadai dan tepat guna bagi penanaman sikap disiplin dan budaya kerja;

e) pemberian fasilitas kerja yang layak bagis seluruh pegawai sebagai dasar pembentukan sikap disiplin dan budaya kerja;

f) pemberian penghargaan yang semestinya diperoleh pegawai yang berprestasi dan memiliki konduite kerja yang baik;

g) respon positif terhadap sikap disiplin dan budaya kerja sebagai bekal menyongsong era tinggal landas pembangunan nasional bangsa Indonesia.

Sebagai penutup, dengan memperhatikan uraian di atas, marilah kita mengkaji diri untuk berbuat yang terbaik dan memberikan kontribusi positif melalui kerja dan pekerjaan kita.

Merokok dan kesehatan…

Jutaan orang dewasa ini menjadi perokok-perokok berat. Bukan karena pilihan, melainkan karena mereka tidak mempunyai jalan keluar. Mereka terus-menerus merkok sebab mereka sudah terikat dalam suatu kebiasaan selama usia belasan tahun. Sementara itu, banyak orang muda yang beranggapan bahwa mereka kelihatan gagah dan dewasa bila merokok. Kebanyakan dari mereka berusaha berhenti merokok, tetapi mereka tidak berdaya melakukannya.

Mengapa begitu sulit bagi banyak orang untuk berhenti merokok? Sebab mereka ketagihan nikotin, yaitu suatu racub yang keras yang terdapat di dalam daun-daun tembakau dan dianggap sebagai biang keladi penyebab ketagihan pada perokok. Adanya nikotin pada rokok membuat kebanyakan orang terus-menerus merokok karena mereka mendapat kenikmataan sementara dari tembakau.

Anehnya, kebanyakan pada mereka mulanya tidak pernah ingin merokok. Mereka hanya melakukan apa yang mereka pikirkan sedang dilakukan oleh orang lain pada waktu itu. Tetapi, di sinilah terdapat masalah yang aneh. Merokok bukaannya suatu kebiasaan yang normal. Seorang terpaksa belajar merokok.

Mengapa kita harus mengkhawatirkan masalah merokok? Merokok bukan saja kemewahaan yang mahal, tetapi juga memegang peranan tertentu dalam menurunkan daya tahan seseorang terhadap penyakit. Para perokok berat meninggal dunia lebih cepat lima sampai sepuluh tahun daripada orang yang tidak merokok. Pada umumnya, kematian itu akibat penyakit jantung, kanker, dan paru-paru.

Racun-racun di dalam tembakau. Sebenarnya ada delapan belas racun yang berbeda-beda di dalam sebatang rokok. Beberapa dari racun-racun ini menyerang selaput-selaput halus pada saluran pernapasan. Racun yang lain lagi memasuki aliran darah dan mengganggu peredaran darah yang normal. Tetapi, racun yang paling berbahaya ialah ter, yakni suatu karsinogen atau zat yang menimbulkna kanker, dan nikotin.

Zat-zat ter ini dipindahkan ke dalam cabang-cabang tenggorok dan paru-paru melalui perantara asap. Sesudah itu disimpan pada selaput lendir pembuluh-pembuluh ini, yang memicu banyak ransangan setempat. Sebenernya selaput lendir menjadi empat atau lima kali lebih tebal pada perokok berat bila dibandingakan dengan orang yang bukan perokok. Ini menambah hambatan pada saluran udara ke dalam paru-paru dan menjadikan jauh lebih sukar baginya untuk bernapas.

Sari dari zat ter ini digunakan oleh para ahli ilmiah untuk mendatangkan kanker pada tikus dan binatang-binatang percobaan lainnya, sedangkan nikotin merupakan salah satu zat yang paling keras yang diketahui manusia. Sebagai racun, nikotin menjadi nomor dua dari cyanida dalam tubuh.

Campur tangan dari pemerintah sangat dibutuhkan, khususnya pengaturan dan pemberlakuan undang-undang kesehatan yang berhubungan dengan masalah rokok, sedangkan para pemakai informasi bahaya dari rokok agar lebih ditingkatkan dan disebarluaskan dalam bentuk kampanye antirokok dan bahaya merokok bagi kesehatan.

Keselamatan Kerja

Pada tahun 1912, di Amerika Serikat tecatat sekitar 20.000 orang pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Saat ini, dengan angkatan kerja yang jumlahnya dua kali lipat lebih besar, jumlah korban meninggal akibat kecelakaan kerja tercatat menjadi sekitar 5000 orang per tahun. Sepertiga dari kecelakaan yang mengakibatkan kematian tersebut adalah para pemakai kendaraan bermotor. Para pemilik perusahaan atau para pengusaha telah berusaha keras untuk menyediakan dan melengkapi para pekerjanya dengan alat-alat keselamatan kerja dan tempat kerja yang aman serta mengusahaakan kesehatan bagi para pekerjanya agar selalu baik. Mereka yakin, semakin baik kesehatan pekerjanya serta rendahnya angka kecelakaan pekerja akan membuat perusahaan menjadi lebih utung, maju, dan berkembang.

Meskipun pemerintah telah memprogramkan masalah keselamatan kerja dengan menyediakan dan mewajibkan para pekerja menggunakan alat-alat keselamatan kerja, namun kecelakaan kerja tetap terjadi. Diperkirakan setiap tahun lebih dari 3 juta orang menderita luka dan mengakibatkan cacat permanen sehingga lebih dari 10 juta orang kehilangan pekerjaannya dan biaya kerugian yang ditanggung oleh pemerintah ditaksir lebih dari 100miliar US dolar setiap tahun.

Penggunaan alat dengan hati-hati, misalnya gunting, pisau, palu, obeng adalah penting untuk semua kerja, di mana pun mereka bekerja. Gunakanlah alat kerja dengan benar dan hati-hati. Jagalah alat kerja dengan kondisi baik dan simpanlah di suatu tempat yang aman. Angkatlah barang-barang atau benda-benda berat dengan benar agar kaki atau tangan tidak keseleo, salah urat, atau otot menjadi tegang. Bengkokkan lutut Anda apabila Anda memegang benda untuk diangkat, lalu dekatkan ke tubuh. Menggunakan otot kaki lebih baik dari pada menggunakan punggung pada saat mengangkat barang atau benda berat.

Para ahli keselamatan kerja telah merekomendasikan langkah-langkah khusus cara mengurangi kecelakan kerja yang mengakibatkan luka dan membutuhkan biaya tinggi untuk pengobatannya, misalnya, di pabrik-pabrik, para pemilik usaha melindungi para pekerjanya dengan perlatan keselamatan kerja yang lengkap serta peraturan yang berhubungan dengan keselamatan kerja. Misalnya, setiap bagian mesin yang bergerak mempunyai pelindung, di setiap ruang pabrik dilengkapi dengan sistem sprinkler atau penyemprot air otomatis dan alat pemadam kebakaran, serta penyangga atau pengikat untuk mencegah mesin roboh, perlengkapan untuk menghisap dan menghilangkan debu serta asap. Bagi para pekerja diwajibkan mengenakan pakaian pelindung, dan menggunakan alat pelindung, seperti kacamata pelindung, pelindung telinga dari kebisingan, helm pelindung, pakaian tahan api, spatu boot baik yang terbuat dari karet maupun yang alasnya dilindungi oleh baja. Mereka juga diwajibkan memeriksa tempat kerjanya masing-masing dan melaporkan apabila ada bahaya atau pun adanya suatu kecelakaan kerja, dilarang merokok di area tertentu, dan mewajibkan menggunakan mesin dengan benar sesuai dengan petunjuk kerja mesin.

Para insinyur ahli kesalamatan kerja secara rutin mengontrol pabrik-pabrik dan merekomendasikan langkah-langkah yang perlu diambil guna mengurangi, menghindari, atau menghilangkan adanya kecelakaan kerja. Mereka juga memberikan latihan-latihan dan perantaraan tentang masalah keselamatan kerja.

Di bidang pertambangan termasuk galian tambang, tercatat sekitar 20.000 orang mengalami kecelakaan dan mengakibatkan cacat permanen setiap tahun, walaupun jumlah tersebut turun drastis lebih dari separuhnya dibandingkan dengan tahun 1960-an, namun jumlah tersebut masih tetap memperhatinkan. Sehubungan dengan hal itu, Badan Keselamatan dan Kesehatan Departemen Pertambangan telah menyusun dan membuat peraturan-peraturan yang berhubungan dengan masalah tersebut, di antaranya adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para pekerja pertambangan mengenai dasar-dasar keselamatan kerja, bagaimana menggunakan mesin-mesin pertambangan dengan benar, dan bagaimana menggunakan bahan peledak dengan aman.

Di perkantoran, tingkat keselamatan kerja di kantor jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keselamatan di sektor kerja pertambangan atau industri. Namun demikian, para pekerja kantor atau disebut juga white collars workers tetap harus menaati aturan-aturan dasar mengenai keselamatan kerja, misalnya, mereka harus tetap berjalan atau dilarang berlari apabila menaiki tangga, harus menggunakan mesin, seperti mesin fotokopi, printer, scanner, dan komputer yang benar, mengetahui cara menggunakan alat pemadam kebakaran dengan baik, khususnya para pegawai yang bekerja di gedung-gedung tinggi.

Saat ini, banyak perusahaan yang melatih pegawai kantornya tentang cara menggunakan alat pemadam kebakaran, cara keluar dari pintu darurat, pertolongan pertama pada kecelakaan, dan prosedur pertolongan pertama untuk mengatasi serangan jantung agar korban masih tetap bertahan hidup sampai pertolongan tim dokter tiba dengan cara menggunakan alat cardiopulmonary resuscitation (CPR), yaitu alat untuk menyadarkan korban akibat serangan jantung atau paru-paru.